Sebuah Cerita : Dongeng dari Andalas

Disajikan oleh Erwin Jahja


“Sepertinya kita harus lebih siaga dan waspada lagi hari-hari kedepan pandeka,” suara berat penuh wibawa Datuk Perpatih seolah tenggelam oleh derik binatang malam.

Ditengah balairung itu duduk bersila Datuk Perpatih, didepannya dua orang hulubalangnya menyimak dengan seksama semua penuturan sang datuk. Pandeka Kuniang Batuah dan Sutan Marajo adalah dua orang kepercayaannya. Datuk Perpatih Nan Sabatang, itulah gelar yang disematkan padanya, ia adalah pemimpin bijaksana dari ranah Andalas ini. Namun sekarang ia menjadi was-was semenjak negrinya didatangi orang-orang dari tanah jawa. Datuk Perpatih harus memutar otak untuk menghadapi ancaman dari orang-orang Majapahit. Apabila melawan dengan kekuatan perang pastilah mereka akan kalah telak. Bagaimana mungkin melawan pasukan Sang Mahapatih Gajah Mada yang masyhur itu. Negrinya hanyalah negri kecil ditanah Andalas ini. Sedangkan Majapahit siapa yang tidak mengenal Sri Maharajasa dan Mahapatih Gajah Madanya, sampai ketanah Malaka dan Siam mereka ditakuti, kekuasaan mereka meliputi hampir seluruh pulau sumatra, dharmasraya telah mereka kuasai, sampai ke seram dan maluku, bahkan mereka dapat dengan mudahnya menaklukan Papua. Mungkin hanya orang Mongollah yang dapat menandingi kekuatan tentara Majapahit, itu pun jikalau Khubilai Khan masih ada.