Akhir Lakon Sutan Syahrir, Tragis.

Disajikan oleh Erwin Jahja



Syahrir, seharusnya tak ada orang Indonesia yang berani menyangsingkan jasa-jasanya untuk negeri ini. Diplomasi Sang Perdana Menteri Pertama republik ini di pentas internasional menjadikan Indonesia sebagai negeri jajahan pertama di dunia yang masuk dalam agenda sidang Dewan Keamanan PBB. Dia Pejuang kemanusian, diplomat ulung, demokrat sejati yang mengakhiri lakon hidupnya dengan kisah tragis. Entah kenapa kisah-kisah orang besar negeri ini selalu saja berujung dengan cerita tragis, mengiris hati yang selayaknya tidak mereka dapatkan setelah kebesaran dan keagungan mereka persembahkan untuk Indonesia. Lihat saja akhir cerita Tan Malaka yang ditembak mati tentara republik, Soekarno yang meninggal dalam kesendirian dan keterasingan, demikian juga dengan Hatta hingga akhir hayatnya tidak mampu membeli sepatu Bally yang sangat diinginkannya, seorang mantan Wakil Presiden tidak punya uang untuk sekedar beli sepatu bermerk.

Maaf dari Penguasa Panggung Sandiwara

Disajikan oleh Erwin Jahja

Kami datang dan meminta maaf, ini tak akan terjadi lagi. Semua kerugian ini akan ditanggung, biaya pengobatan dan biaya kerusakan, semuanya ditanggung, tidak usah khawatir. Kebijakan ini tidak akan dilaksanakan lagi. Begitulah ucap kalian penguasa panggung sandiwara, kalimat-kalimat indah itu datang setelah semua terlambat. Kemana kalian ketika mereka teriak-teriak hentikan, hentikan, jangan teruskan. Tapi seolah telinga dan mata kalian menjadi tuli dan buta. Rasa dalam hati membeku. Tak terdengar teriakan kami, tak peduli jerit mereka, yang pasti komando kalian menggelegar, lanjutkan, lanjutkan. Tapi akhirnya teriakan kalian berubah menjadi hentikan, hentikan setelah semua terlambat. Setelah kami kaum kecil ini saling pukul, saling hajar akibat ulah kalian penguasa panggung sandiwara. Tahukah engkau tentang hati ketika berhadapan dengan saudara sendiri, tahukah engkau bagaimana rasa itu ketika di satu sisi mempertahankan hak dan keyakinan, kemudian di sisi lain memperjuangkan tugas meski tidak tahu untuk kepentingan siapa perjuangan ini dilakukan.

Satpol PP Jagoanku

Disajikan oleh Erwin Jahja


“Hei, pindah kau, jangan jualan disini. Menggangu ketertiban umum saja kau ini, mengotori keindahan kota, pergi sana jualan jauh-jauh, jangan disini,” gelegar suara dahsat meledak disamping telinga pak tua pedagang bubur ayam itu. Wah, jagoan-jagoan ini mengangkangi saudara-saudaranya sendiri. Dengan seragam kedinasan gagah bak militer, sang jagoan berteriak sejadi-jadinya, sesekali menendang dagangan si tua pedagang kaki lima. Lalu terbirit, tergopoh si tua mengemasi dagangannya. Hebat sekali kuasa para jagoan berseragam Satpol PP ini, amboi andaikata jagoan-jagoan ini tau apa doa si tua yang tertindas ini, masihkah dia berani membentak. Atau beranikah mereka menatap mata si tua bangka yang mungkin saja kelak adalah kakek seorang Presiden.

Tan Malaka, Kisah Patjar Merah Indonesia dan Matu Mona

Disajikan oleh Erwin Jahja



Patjar Merah Indonesia, mendengar nama ini pastilah hampir semua orang yang menyenangi dan mempelajari sejarah tahu siapa tokoh utama novel itu. Tapi seberapa banyak yang tahu tentang penulisnya, berapa orang yang sudah membaca dengan lengkap cerita roman itu, tidak banyak kurasa. Maka beruntunglah kita yang belum pernah membaca roman campuran cerita fiksi dan sejarah petualangan Tan Malaka ini. Adalah Beranda Publishing, penerbit asal Yogyakarta bijak memahami kehausan dan rasa penasaran kita yang belum membaca cerita tentang Patjar Merah Indonesia ini. Perusahaan penerbitan ini mencetak ulang jilid pertama kisah petualangan ala Tan Malaka pada Februari 2010 lalu, dan beruntunglah aku menemukan buku ini di sebuah toko buku besar awal Maret lalu. Sang buku tersusun di rak buku-buku sastra, tak alang-kepalang senangnya aku mendapati buku ini, entah kenapa tiba-tiba adrenalin terpacu dalam darahku, padahal sama sekali belum aku sentuh untuk sekedar membaca sinopsisnya.

Jangan Akrobat Tuan-tuan Satgas

Disajikan oleh Erwin Jahja

Tepuk tangan meriah untuk Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum, tuan-tuan telah berhasil membujuk Gayus Tambunan untuk pulang ke Indonesia dari Singapura. Luar biasa untuk Satgas yang telah begitu “gigih” menangani kasus Gayus ini, pastinya tuan-tuan telah berhasil mendongkrak popularitas dan prestasi satgas. Keberhasilan Denny Indrayana dan Mas Achmad Santosa membujuk si Gayus membuat kita berdecak kagum sekaligus bertanya-tanya, jurus jitu apa yang dikeluarkan kedua tuan ini hingga staf pajak itu dengan sukarela digiring pulang.