Sepakbola Pragmatis ala Demokrat

Disajikan oleh Erwin Jahja


Entah penting, entah tidak tulisan ini ditulis tapi sejujurnya aku tergelitik juga untuk menulis tulisan ini. Ketika membaca ungkapan Ketua Umum Demokrat Anas Urbaningrum tentang duet mautnya dengan sang Sekjen termuda itu tangan ini mulai gatal untuk menulis, entah penting entah tidak. Duet maut yang diungkapkan Anas kemarin bisa jadi hanya kebetulan saja karena bertepatan momentnya dengan gemuruh event olahraga akbar itu. Tapi menurutku apa yang diungkapkan Anas itu sangat-sangat benar, cocok sekali, pas, mantab. Percayalah, strategi yang diterapkan oleh seorang Anas dan Demokrat memang cocok dengan perkembangan sepakbola dunia terkini.

Bubarkan Saja Satgas Itu, Tuan Presiden

Disajikan oleh Erwin Jahja


Kabarnya Satgas Pemberantas Mafia Hukum digugat oleh kelompok masyarakat Petisi 28 karena disebut tidak relevan dengan UUD 1945. Sebenarnya tidak perlulah Petisi 28 sampai menggugat Keppres itu ke Mahkamah Agung karena seharusnya tuan Presiden yang terhormat mencabut sendiri keputusannya. Atau paling tidak tuan-tuan Satgas tahu diri untuk kemudian mengundurkan diri sehingga Satgas itu bubar dengan sendirinya. Lalu pasti pertanyaan yang akan muncul kemudian adalah kenapa Satgas ini harus dibubarkan, bukankah di tengah carut-marutnya kondisi hukum negeri ini Satgas sangat dibutuhkan. Atau kemudian anda yang membaca ini akan meyakini bahwa penulis tulisan ini adalah antek-antek mafia hukum yang tidak ingin Satgas ini ada. Pertanyaan dan pemikiran seperti itu adalah hak anda, sebagaimana juga hak warga negara lainnya untuk setuju dengan tulisan ini.

Jakarta, Selamat Untuk Ulang Tahunmu dan Kebhinekaan Betawimu

Disajikan oleh Erwin Jahja


Agaknya semboyan Bhineka Tunggal Ika Indonesia dalam arti sesungguhnya telah teraplikasi sejak awal abad ke-18, dan kebhinekaan itu bernama Betawi. Perwujudan kebhinekaan dan percampuran adat budaya berbagai suku bangsa ini terkumpul menjadi satu dan menjelma menjadi sebuah etnis baru bernama Betawi. Suku Betawi adalah aplikasi dalam arti sesungguhnya tentang Bhineka Tunggal Ika yang menjadi semboyan negeri ini. Etnis Betawi tercipta dari berbagai ragam adat-istiadat, budaya berbagai suku bangsa Indonesia. Bagaimana ini bisa bermula dapat diketahui dari cerita sejarah tentang Jayakarta dan Batavia. Bermula dari penguasaan Sunda kelapa oleh pasukan Fatahillah pada 1527 hingga dikuasainya Jayakarta oleh JP Coen pada 1619 dan kemudian mengganti namanya menjadi Batavia.

Awal abad ke-17 wilayah kekuasaan antara Banten dan Batavia dibatasi dengan batasan geografis Kali Angke dan Cisadane yang kemudian menjadi tembok benteng kota Batavia.

Bertemu Tan Malaka

Disajikan oleh Erwin Jahja


Beberapa hari lalu aku menulis tentang Soekarno, bercerita tentang kisah Soekarno founding father negeri ini yang terlupakan karena kita terlalu sibuk membahas soal video-video mesum itu. Ternyata bukan hanya Soekarno yang terlupakan, seorang pahlawan besar Indonesia yang lahir pada bulan ini juga terlupakan. Dia Tan Malaka yang lahir pada 2 Juni 1897. Seharusnya sebelum tulisan tentang Soekarno itu kutulis, tulisan inilah yang ditulis lebih dulu. Tapi aku lupa, lupa jika Juni adalah bulan kelahirannya. Kalau saja malam tadi aku tidak bermimpi bertemu dengannya mungkin tulisan ini tak pernah ada. Bertemu dengan Tan Malaka, ya itulah.

Jangan Tiru Westerling Pak Polisi

Disajikan oleh Erwin Jahja


Westerling, 60 tahun setelah petualangan pemberontakan yang dilakukannya dengan pasukan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) nya itu, mendengar namanya saja sudah masih membuat bergidik. Bahkan jika ada kekejaman yang terjadi di negeri ini, orang-orang akan menyebutnya kejam seperti Westerling. Pembantaian ribuan jiwa rakyat Indonesia yang dilakukannya di Sulawesi Selatan tahun 1946 menjadi sejarah kelam bangsa ini. Aksi yang disebutnya sebagai “Mahkamah Militer Rakyat” dimana dirinya bisa mengadili siapa saja yang dianggapnya bersalah. Tak perlu pengadilan, tak perlu hakim, yang dibutuhkan hanya peluru sesuai keinginan kehendak hatinya saja.

Untung Soe Hok Gie Mati Muda

Disajikan oleh Erwin Jahja


Ya, beruntunglah Soe Hok Gie mati muda, mati di usia 27 tahun kurang satu hari. Soe Hok Gie meninggal pada 16 Desember 1969 dalam dekapan puncak Semeru. Kematian Sang Demonstran ini menjelaskan bahwa ternyata alam lebih mencintai dia dibanding kekuasaan. Ya, beruntunglah dia sang pendobrak kekuasaan absolute Soekarno ini tak terkontaminasi oleh kekuasaan, alam lebih menyayangi dirinya. Meski dirinya adalah salah satu pelopor yang mendorong runtuhnya Orde Lama dan berdirinya Orde Baru, tapi dia tak pernah lupa untuk kritis pada Orde Baru, tak pernah tercemar oleh kekuasaan Orde Baru.

109 Tahun, Melupakan Soekarno

Disajikan oleh Erwin Jahja


Hari ini agaknya lebih menarik bagi kita untuk menulis dan mengulas tentang Luna Maya dan Ariel Peterpan, entah itu membahas masa depan kedua artis itu setelah beredarnya video porno mirip mereka, ulasan asli tidaknya video itu hingga menghubung-hubungkan keduanya dengan kondisi politik dan sosial pada judul tulisan agar dikunjungi pembaca beramai-ramai. Sementara kemarin tanggal 6 Juni, hari kelahiran Bung Karno 109 tahun lalu agaknya sudah terlupakan. Separah inikah ingatan kita akan sejarah? Ataukah kita telah menafikan jasa-jasa Bung kita satu ini? Bung yang berperan sangat besar untuk kemerdekaan yang kita nikmati saat ini! Layakkah kita disebut sebagai bangsa yang besar, bangsa yang melupakan sejarah pahlawannya sendiri.

Patih Laman, Pejuang Lingkungan Yang Dimatikan

Disajikan oleh Erwin Jahja


Dia lelaki tua berumur 89 tahun. Dia ketua adat tertinggi suku Talang Mamak, suku Melayu Tua yang bermukim di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Riau. Dia sang penjaga hutan, penjaga Tanah Keramat Rimba Puaka suku Talang Mamak. Dan dia lah penerima Kalpataru, penghargaan tertinggi bidang lingkungan hidup, dari Presiden Republik ini tahun 2003. Patih Laman namanya.

Sang Patih ini juga telah menerima penghargaan dari dunia internasional, imbalan dari sikap konsistennya menjaga hutan, tahun 1999 WWF Internasional memberinya Award di Kinabalu Malaysia. Sejak lama dia telah membusungkan dada dan menyingsingkan lengan bajunya untuk kelestarian hutan. Dia rela mempertaruhkan nyawa demi menjaga hutan alam suku Talang Mamak, sang patih gagah berani menghadang penghancuran hutan disana. Dan memang sepantasnya lah dia mendapatkan penghargaan-penghargaan itu.

Pak Hoegeng, Pak Lopa, Tolong Bantu Kami

Disajikan oleh Erwin Jahja


Pak Hoegeng dan pak Lopa yang terhormat, kenapa kalian tidak hidup di zaman ini. Zaman dimana kami tengah berada di dalam keanehan hukum yang tak pernah jelas tentang benar atau salah. Tak pernah jelas yang mana penegak hukum dan yang mana penjahat hukum. Sampai-sampai kami sendiri sulit untuk membedakan tentang kanan dan kiri. Kami ketakutan ketika berteriak tentang kebenaran maka suatu ketika kebenaran itu menjadi kesalahan yang akan memenjarakan kami. Walau semestinya kami tidak perlu takut akan penjara, tidak perlu takut akan kriminalisasi. Bukankah dulu Syahrir dan Hatta menikmati penjara saat berteriak lantang tentang kebenaran. Tolong jangan tertawai kami, kami hanya ingin mengadu.

Hatta, Habibie dan Hatoyama

Disajikan oleh Erwin Jahja


Beberapa hari lalu Perdana Menteri Jepang Hatoyama mengundurkan diri karena tidak mampu memenuhi janji-janjinya. Lantas langsung terpkir olehku, bagaimana dengan pemimpin negeri ini, apakah ada yang berani mengundurkan diri seperti Hatoyama. Aku berpikir keras untuk mencari jawabannya. Lama berpikir akhirnya kutemukan, dan ternyata mereka punya kemiripan. Nama ketiganya berawalan dua huruf yang sama H dan A.