Hantu Itu Pun Meniru..!!!

Disajikan oleh Erwin Jahja


Percaya atau tidak, pengalaman ini benar-benar terjadi dan aneh.

Petang itu usai liputan pendeklarasian pasangan Capres – Cawapres Jusuf Kalla – Wiranto di Pekanbaru, aku melipir ke Kantor Biro Antara Pekanbaru. Kantor Biro ini salah satu tempat paling favorit bagi wartawan di Pekanbaru untuk kongkow sembari menunggu info berita atau peristiwa apapun yang terjadi disana. Berhubung ketika itu aku adalah wartawan media online yang punya motto “alam terkembang jadi kantor”, tanpa menyiakan waktu dan “kesempatan” kuselesaikan laporan beritaku dengan bermodal internet gratisan di kantor temanku ini.

Selesai menyetor berita, para penghuni perutku mulai merongrong, tenggorokan kering kerontang dan mulut mulai masam menagih rokok. Suasana Magrib masih terasa meski Isya mulai menjelang, aku keluar mencari penyangga perut, air dan yang pasti si tembakau sahabat setia. Malangnya, setelah semua hajat itu terpenuhi dan aku berniat kembali ke tempat perkongkow-an, tiba-tiba motor Honda Kharisma kesayanganku mogok tak mau menyala, wah bensin habis. Celakanya lagi hujan mulai turun, meski gerimis tapi cukup deras untuk membuat basah kuyup. Sementara, pom bensin berada sekitar 500 meter dari tempat aku terjebak suasana alam yang cukup dramatis ini. Kudorong pelan-pelan sepeda motorku kesana sebagai pengganti olahraga, alasan paling sempurna untuk membesarkan hati. Dan alasan itu berhasil membuatku basah kuyup karena keringat plus air hujan.

Pom bensin itu tepat di depan Taman Kaca Mayang berseberangan dengan Kantor Walikota Pekanbaru, jalanan yang anehnya sepi menurutku –padahal waktu masih terlalu senja untuk ukuran kota Pekanbaru. Syukurlah tak ada antrian di tempat pengisian khusus sepeda motor. Seorang petugas perempuan lengkap dengan seragam SPBU nya tersenyum dan senyum itu tidak pernah aku lupa, bahkan kalau aku seorang pelukis kupastikan aku bisa melukis kembali wajah perempuan ini dengan detail. Perempuan usia sekira 30 tahun, tidak cantik tapi cukup menarik dengan jidat lebar dan alis tebal tanpa make up. Kuisi tangki bensin, Rp.15 ribu cukup untuk membuatku melihat dengan jelas tangki itu terisi bensin hampir penuh. Sekilas kulihat hanya ada sebuah angkot yang mengisi bahan bakar disitu.

Selanjutnya kuhela sepeda motorku, tapi kira-kira seratus meter dari SPBU tadi motor ini kembali mogok. Kucoba starter tangan, tak mempan, kick starter masih tak menyala mesin ini. Wah kacau, aku pikir mungkin businya basah kena air hujan, sementara tang,obeng berserta keluarga perkakas lainnya tak pernah aku bawa. Satu-satunya jalan yah aku harus kembali mendorong ke Kantor Antara, disana pasti ada sesuatu yang bisa digunakan membongkar busi motor sialan ini. Selagi “asyik-asyiknya” mendorong tiba-tiba teriakan seorang teman bersepeda motor mengejutkanku.

“Woi bro, kenapa motormu? Kehabisan bensin yah!”

“Enggak, businya basah. Tadi sih iya, habis bensin tapi sudah kuisi di pom bensin depan Kantor Walikota itu,” jawabku.

“Ah kau, hujan-hujan gini ngigau sambil jalan. Aku barusan lewat sana mau isi bensin juga, tapi pom bensinnya tutup tuh,” katanya lagi.

“Orangnya tau kali kau mau isi bensin makanya buru-buru ditutup,” jawabku sekenanya tanpa berpikir mana mungkin secepat itu pom bensinnya tutup.

“Ya sudah, selamat berjuang bro, hehehe.” Lalu si kawan berlalu dengan cueknya.

Berkat perjuangan yang luar biasa sampai juga aku di Kantor Antara. Syukurlah ada Latief, seorang teman serba bisa, biasanya perkakas perbengkelan koleksinya cukup lengkap di jok motornya. Kuserahkan bulat-bulat motor itu padanya, terserah mau diapain yang penting nyala lagi. Jujur saja aku sama sekali tak pernah tertarik dengan hobi menjadi teknisi bongkar membongkar itu.

“Hei bro, busimu tak basah koq, mungkin bensinmu kering tuh,” jelas kawanku. Tapi aku berkeras kalau aku baru saja mengisi bensin sebanyak Rp.15 ribu dan itu cukup untuk 3 hari. Tapi ternyata kawanku ini benar, aku terlongo-longo ketika tangki bensin dibuka dan disana kudapati tangki kosong melompong. Masih tak percaya, kucabut selang bensin ke mesin, sama sekali tak ada bensin yang menetes. Kulihat sekitaran tanah, tak ada tanda-tanda kebocoran dan bensin tumpah. Lalu kemana bensin yang kuisi tadi?

Semua kawan sampai mengolokku, menyebutku mimpi dan berkhayal. Seorang teman dengan mimik serius menyebut kalau aku dikerjai oleh hantu perempuan penunggu taman air mancur depan Kantor Walikota itu. Kurangkai-rangkai ulang peristiwa tadi dalam pikiranku, ketika itu juga aku berpikir mungkin saja aku memang dikerjai si hantu keparat itu. Menyebalkan, benar-benar menyebalkan, kalau dihitung-hitung total aku mendorong motor ini lebih dari 1,5 kilometer gara-gara pom bensin ajaib tadi. Padahal kalau aku langsung mendorong ke Antara paling-paling hanya 300 meter saja.

Jika mengingat kejadian ini terkadang sering membuatku tersenyum geli. Ternyata hantu pun sudah mulai meniru lagak dan laku manusia soal tilep-menilep bensin. Apa dia banyak belajar dari manusia kah? Lihat saja perilaku kita kalau diminta pertolongan mengerjakan sesuatu, pasti pertanyaannya “ada uang bensinnya gak?” Lihat juga bagaimana kita mark-up biaya bensin dari kantor, bagaimana seorang boss memotong uang bensin bawahan, lalu truk-truk tangki bensin yang “kencing” di jalan dan jangan lupa juga soal pengurangan subsidi bensin (BBM) yang tak jelas peruntukannya.

Sungguh si hantu ini sudah banyak belajar dari kita. Jangan-jangan nanti dia mulai bisa mencari pinjaman tipu menipu, mengemplang pajak, jadi broker pajak, mengajukan proposal bantuan fiktif, jadi makelar kasus, ah entahlah. Atau mungkin saja hantu-hantu itu memang sudah menjelma menjadi manusia.

This entry was posted on Rabu, Mei 19, 2010 and is filed under , .