Tak Perlu Kuliah untuk Jadi Dokter, Pengacara Bahkan Presiden

Disajikan oleh Erwin Jahja

Percayakah anda dengan judul di atas itu? Kalau saya percaya.

Kita bisa jadi dokter, pengacara, guru, wartawan bahkan jadi presiden tanpa kuliah. Kenapa anda tidak percaya kalau ingin menjadi sesuatu itu tidak butuh kuliah, buktinya di negeri yang begitu mengagungkan selembar ijazah untuk mencari pekerjaan ini, banyak sekali orang-orang yang bekerja di bidang yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan embel-embel gelar di namanya. Berapa banyak orang yang bergelar Sarjana Teknik yang bekerja di Bank atau jadi marketing, berapa banyak Sarjana Ekonomi yang menjadi web programing, bahkan ada seorang teman lulusan Fakultas Kehutanan menjadi agen asuransi yang sukses.

Lantas buat apa susah-susah kuliah bertahun-tahun mendalami satu disiplin ilmu jika pada akhirnya nanti tidak konsisten menghibahkan kemampuan di bidang pilihan itu. Jawaban paling mutakhir adalah; kalau idealis mau makan apa? Jadilah pekerjaan apapun meski bertolak belakang dengan latar pendidikan, kita terima. Tapi akibatnya, sebagian dari anda malah menjadikan alasan untuk tidak loyal pada perusahaan tempat anda bekerja, alasannya klasik; sebenarnya aku tak suka dan tak mencintai pekerjaan ini karena ini bukan bidangku, bukan minatku.

Pertanyaannya, kalau tidak sesuai kenapa dulu mau direkrut? Dan jawaban anda pasti kembali lagi, kalau idealis mau makan apa? Atau sebenarnya yang patut dipersalahkan ya perusahaannya sendiri, kenapa menerima orang dengan latar belakang pendidikan yang tidak sesuai kebutuhan dan bidangnya. Kalau kejadian seperti ini terjadi perusahaan tidak bisa menyalahkan karyawan toh!!! Membingungkan, seperti pertanyaan soal telur dan ayam.

Tapi jika anda termasuk orang-orang yang bekerja dibidang yang tidak sesuai dengan pendidikan anda tapi anda mencintai pekerjaan itu, anda akan menjawab telah salah memilih jurusan ketika kuliah dulu. Loh, kalau begini artinya sejak dini anda sendiri tidak tahu kemana bakat dan minat anda, menyedihkan ya. Jujur saja, di negeri ini sejak kecil kita memang tak pernah diberi kebebasan untuk memilih, dan ini berefek domino ke masa depan kita.

Mau bukti? Masih ingat ketika kecil dulu orang tua kita menina-bobokan kita dengan kalimat; nak, nanti kalau sudah besar jadi dokter ya, jadi insinyur! Hampir semua orang tua Indonesia menyuruh anaknya jadi dokter atau insinyur, seakan-akan hanya dua profesi ini yang dikenal orang tua kita. Nah, lalu siapa yang bakal jadi pelukis, jadi petani, jadi pedagang? Mana ada yang berani bilang, nak nanti kalau sudah besar jadi wartawan ya, jadi tukang bakso ya atau jadi petani ya. Mungkin karena profesi-profesi itu identik dengan kere. Tapi jadi luar biasa kalau orang tua kita berani bilang, nak jadilah petani tapi petani yang mengekspor hasil panen ke eropa sana atau jadilah tukang bakso yang bisa membuat orang-orang mengingat namamu ketika mereka ingin makan bakso. Kalau anda sekarang orang tua, beranikah anda berujar demikian?

Baiklah, kita tinggalkan soal bakat-bakat itu, lupakanlah, sudah berlalu. Tapi percayalah, sebenarnya kita mampu menjadi apa saja tanpa mendalami disiplin ilmu di bangku kuliahan. Coba tanya pada Sarjana Teknik yang jadi musisi atau teman saya yang lulusan Fak.Kehutanan yang jadi agen asuransi itu, apa teori-teori kuliahnya dulu teraplikasi di dunia kerjanya sekarang. Sama sekali tidak, bahkan mungkin dia sudah lupa apa guna teori-teori yang dia dapat di bangku kuliah dulu. Lalu buat apa kuliah? Untuk dapat ijazah tentunya, karena negeri ini butuh ijazah. Bahkan untuk melamar pekerjaan non skill pun butuh ijazah.

Percayalah, bahkan untuk pekerjaan profesi seperti dokter, pilot, pengacara dll pun tidak butuh kuliah dan ijazah loh. Mau bukti lagi? Kompasianers pasti masih ingat cerita tentang petualangan Frank William Abagnale Jr di era 60-an, kalau tidak ingat silahkan refresh memori anda atau silahkan ketik nama itu lalu letakan di box google dan silahkan telusuri. Si jenius ini (oleh sebagian besar orang disebut penipu ulung) telah menjelma menjadi dokter, guru, pengacara, bahkan pilot. Semua pekerjaan itu dilakoni tanpa memiliki lisensi dan mengenyam sedikit pun ilmu di bidang-bidang itu. Dia hanya belajar dari buku, menonton televisi dan pengalaman tipu-menipu. Ajaibnya, sebagai pilot dia telah terbang lebih dari 1 juta mil dengan 250 penerbangan ke 26 negara. Sebagai dokter, hampir satu tahun dia bekerja di sebuah rumah sakit di Georgia. Sebagai pengacara, dia bisa memenangkan kasus dan masih banyak lagi kisah-kisah ajaibnya. Dan hebatnya, itu semua dilakoninya dengan profesional tanpa lisensi, hanya belajar otodidak.

Oh iya, untuk jadi Presiden pun tidak butuh sekolah tinggi-tinggi, sebab disiplin ilmu yang dituntut pun tak akan terpakai dan terlupa kalau kita sudah jadi Presiden. Buktinya, bapak Presiden kita masih bisa terkecoh soal padi Supertoy dan proyek Blue Energi meski beliau adalah seorang Doktor lulusan IPB.

Jadi anda setuju dengan saya…?

19 Mei 2010

This entry was posted on Rabu, Mei 19, 2010 and is filed under , .