Sekolah Swadaya di Tengah Komunitas Pencetak Bata

Disajikan oleh Erwin Jahja

Mungkin sebagian besar masyarakat Pekanbaru tidak mengetahui bahwa di pinggiran Kota Pekanbaru, tepatnya di Kelurahan Sail Kecamatan Tenayanraya ada sebuah desa bernama Desa Bukit Jamin, yang sama sekali tidak menikmati majunya perkembangan pembangunan Kota Pekanbaru.

Bayangkan saja, desa yang hanya berjarak sekitar 10 km dari pusat kota itu sama sekali belum tersentuh listrik. Jalan menuju desa tersebut hanya berupa jalan tanah selebar 4 meter.

Warga Desa Bukit Jamin tersebut umumnya orang perantauan yang berasal dari suku Nias yang berprofesi sebagai buruh cetak batu bata. Desa ini dihuni sekitar 100 Kepala Keluarga (KK) yang tinggal dirumah-rumah semi permanent beratapkan rumbia, sebagian lagi rumah – rumah bata tanpa plester semen.

Kondisi ini sangat ironis jika kita melihat pesatnya pembangunan infrastruktur ditengah perkotaan Pekanbaru. Belum lagi mengingat jargon pembangunan menuju Riau 2020 yang di tengah gencar digaungkan oleh pemerintah Propinsi Riau.

Namun yang mengusik hati, ketika berkunjung ke desa itu Sabtu (31/01/09) lalu, sebuah sekolah swadaya masyarakat berada ditengah-tengah pemukiman masyarakat yang memprihatinkan tersebut. Sekolah semi permanen yang telah berdiri sejak dua tahun lalu di desa ini menampung sedikitnya 100 orang siswa, mulai dari usia 3 tahun hingga 10 tahun. Sekolah ini dibuka setiap sabtu ini mengajarkan siswa membaca, menulis, berhitung dan pelajaran bahasa Inggris.

“Selain sekolah formal mereka, kami berinisiatif memberikan pendidikan tambahan bagi anak-anak desa ini guna membantu program pemerintah yang konsen meningkatkan pendidikan, “ ungkap Aca Manurung, aktifis pendidikan sekaligus pendiri Sekolah Sabar ini.

“Sekolah tambahan ini murni tidak memungut biaya apapun dari siswa, yang penting kemauan belajar dari anak-anak itu sendiri,” lanjut Aca.

Setidaknya ada tiga orang tenaga pengajar yang secara sukarela membagi waktunya setiap sabtu untuk mengajar di sekolah ini. Salah satunya adalah Evelyn, guru perempuan yang sehari-harinya mengajar di salah satu sekolah umum swasta di Pekanbaru.

Menurut Evelyn, dirinya ikhlas membantu mengajar Bahasa Ingrgis di sekolah ini tanpa dibayar sepeser pun. “Ada kepuasan batin tersendiri bagi diri saya untuk dapat mencurahkan tenaga dan pikiran saya bagi kemajuan anak-anak ini,”ungkapnya.

Salah satu tokoh masyarakat desa itu Boy, menyatakan sangat berterimakasih kepada masyarakat yang peduli terhadap masa depan anak-anak desa Bukit Jamin ini. Sehingga masa depan mereka akan sedikit lebih cerah dibandingkan orang tuanya yang hanya bekerja sebagai buruh upah cetak batu bata.

Melihat kenyataan dan kondisi riil desa ini, sudah sepatutnya pemerintah Kota Pekanbaru memberikan perhatian sehingga nantinya program pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan dan kebodohan serta pembangunan infrastruktur di Bumi Lancang Kuning ini dapat tercapai.

This entry was posted on Senin, Februari 02, 2009 and is filed under .